MTI Banyuwangi JATIM – Media Tipikor Indonesia (MTI) yang menayangkan Berita tentang Achmad Syauqy atau yang akrab disapa “GUS UQY” yang menyatakan “Siap Jadi Bupati Banyuwangi” untuk sebuah Perubahan yang lebih baik, tanpa diduga mendapat Sambutan dan Perhatian yang sangat Luar Biasa.
BACA:
*GUS UQY Siap Jadi Bupati Banyuwangi Untuk Sebuah Perubahan
*Mahkota Mayangkara Kekuasaan Yang Semu Dan Berdarah
Hampir seluruh Lapisan Warga Masyarakat Banyuwangi mempertanyakan keseriusan dan kesungguhan GUS UQY maju dalam Perhelatan Pilkada Kabupaten Banyuwangi di 2025 mendatang. Bahkan sebagian Warga Masyarakat Banyuwangi menyatakaan akan memberikan dukungan.
Menurut Mereka, sudah saatnya Banyuwangi dipimpin oleh Orang Banyuwangi, yang tinggal di Banyuwangi, sehingga benar-benar mengetahui dan mengerti tentang “Bagaimana Keadaan Kabupaten Banyuwangi dan apa yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh Daerah dan Rakyat Banyuwangi”.
Meski Orang Banyuwangi, jika tidak pernah berada di Banyuwangi, maka akan digambarkan seperti Kota yang ditempatinya tanpa melihat Karakteristik Banyuwangi, sehingga yang terjadi bukan Membangun Banyuwangi tapi hanya memperbanyak Bangunan di Banyuwangi. Apalagi jika bukan Orang Banyuwangi.
Untuk menerapkan Prinsip sebagai Orang Banyuwangi, maka Rakyat Banyuwangi harus belajar dari Provinsi Bali dalam Dua Hal agar Persatuan dan Kesatuan tetap Terjaga, yaitu:
- Karena ingin melihat Bangunan Mewah, sehingga tanpa Sadar, banyak lahan-lahan di Provinsi Bali yang terjual dengan Harga yang menggiurkan, kini Warga Bali seperti Orang Asing dan Tamu di Kampung sendiri.
- Bali tetap Konsisten, bahwa Pemimpin di Provinsi Bali harus tetap Orang Bali, mulai dari Gubernur, Wali Kota, Bupati, Ketua DPR hingga Kadis dan Kades semua Warga Bali Asli, kecuali TNI, POLRI, Ketua BPS, Kepala ATR/BPN dan semua yang diatur dari Pusat.
Banyuwangi dan Rakyatnya membutuhkan sebuah Perubahan yang lebih baik, yakni sebuah Kabupaten yang Terlihat “Baik dan Bagus Kotanya, Sejahtera Taraf Hidup Rakyatnya”, bukan hanya di-Ninabobokan dengan acara-acara Festival yang sebenarnya tidak memerikan Manfaat apapun untuk Kota dan Warga Banyuwangi, kecuali hanya Penghamburan Anggaran UANG RAKYAT. (Red, Masalah MALING UANG RAKYAT, Kita Bahas dalam Episode lain).
Tanda-tanda Kenabian pada Nabi Muhammad SAW sudah Tampak semenjak kecil dan akan menjadi Pemimpin yang sangat dimuliakan sepanjang kehiidupan ini juga sudah terlihat dari Perilaku dan Sifat Rosulullah SAW.
Nabi Muhammad SAW semenjak Kecil sudah memperlihatkan Keistimewaan yang sangat Luar Biasa dan tanda-tanda Kenabian juga terlihat, seperti Awan yang selalu memayungi kemanapun langkah Nabi, Pohon yang merunduk saat Nabi berteduh di bawahnya dan Tanda Kenabian di pundak Nabi, yang dilihat oleh Buhaira, Seorang Tokoh, mantan Seorang Yahudi yang menjadi Rahib Kristen Nestorian, yang Tinggal di Kota Bushra, Selatan Syam (Red, Sekaranag Syria).
Saat melihat Tanda Kenabian di Pundak Nabi Muhammad SAW, Buhaira lalu mencium antara Kedua Pundak Rosulullah SAW, dan Buhaira berpesan pada Paman Nabi, Abu Thalib, untuk menjaga Nabi.
Selain itu, seperti yang banyak diceritakan, bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki Sifat yang Terpuji, yakni Tawadhlu atau Sifat Rendah Hati yang selalu Tercermin dalam kehidupan sehari-hari Nabi, Jujur, karena Kejujurannya, Nabi mendapat Gelar Al Amin (Orang yang dapat dipercaya), Amanat, Sabar, Tegar dan Dermawan. Dalam Kesabaran dan Kerendahan Hati dan Keagungan Akhlak Nabi tidak tertandingi dan dalam memaafkan, Rosulullah tidak ada bandingannya.
Jika memperhatikan tanda-tanda Kenabian dan Isyarah Alam Semesta yang ada pada Nabi Muhammad SAW, sebagai Pemimpin, tidak berlebihan jika MTI juga melihat ada Tanda atau Isyara Alam yang tak disengaja dan tak pernah terduga sebelumnya jika sesuatu yang dianggap hanya Guyonan akan menjadi Kenyataan.
GUS UQY yang berdiri di Mimbar BUPATI, mungkin secara Spontan karena dorongan Hati inginTampil di Mimbar tersebut, apakah Hal tersebut adalah mrupakan Isyarah atau Tanda dari TUHAN, yang tak mampu dijangkau dengan Akal Manusia, Wallahu A’lam Bishawab.
Tentu saja itu bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan Patokan dan Ukuran, tetapi ada hal lainnya, seperti Sifat Rendah Hati, Jujur, Sabar dan Dermawan yang sangat melekat pada Dirinya.
Tetapi Syarat sebagai Pemimpin kan bukan hanya itu saja? Selain Cakap dalam Ilmu, Cerdas, Smart, bertanggung jawab, Berani, memiliki Komunikasi yang baik dan mampu Memanage Roda Pemerintahan. Betul dan itu sangat Benar.
Namun yang perlu diingat, Akhlak tetaplah yang Utama. Karena dengan memiliki “Akhlak yang Baik, maka Pemimpin itu akan selalu Memanusiakan Manusia, Bijak dalam Bersikap dan membuat Keputusan, selalu menghargai dan menghormati Karya Bawahannya, bukan mengaku-aku sebagai miliknya, karena ketakutan kehilangan Pamornya”. Padahal Penampakannya selama ini itu hanya penuh kepura-puraan dan tampak SENDU.
Dan jika Manusia mau selalu bertafakur, sebenarnya Alam Semesta dengan berbagai Fenomenanya, termasuk semua Mahluk Hidup, khususnya Manusia dengan bermacam-macam Peristiwa dalam kehidupannya merupakan Isyarah atau Tanda dari Allah SWT, TUHAN Yang Maha Agung. Tanda-tanda tersebut sudah dihamparkan pada seluruh Alam dan juga pada Manusia.
“Kami akan memperlihatkan kepada Mereka Tanda-Tanda (Kebesaran) Kami di segenap Penjuru dan pada Diri Mereka sendiri, Sehingga Jelaslah bagi Mereka, Bahwa Al Qur’an itu adalah Benar. Tidak Cukupkah (Bagi Kamu) bahwa Tuhanmu menjadi Saksi atas segala sesuatu. (Fushilat 53)